Menjalani profesi dibidang IT, banyak orang yang melakukannya. Tapi bagaimana menjadi seorang profesional IT sendiri, masih banyak yang belum menjalaninya.
IT adalah ladang kerja yang saat ini mulai dilirik oleh pencari kerja. Maraknya lembaga pelatihan dan pendidikan formal maupun non-formal yang mendidik dan menghasilkan lulusan di bidang IT, adalah salah satu contoh makin digemarinya lahan kerja yang satu ini. Meski boleh dibilang tidak murah namun banyak lulusan SMU/sederajat yang akhirnya memilih pendidikan lanjutan di bidang IT.
Hasilnya semakin banyak tenaga terampil dibidang IT yang siap kerja, namun sayangnya iklim yang tercipta di dunia IT menjadi tidak sehat. Hal ini dapat dilihat dari upah minimum yang diterima seorang pekerja IT rata-rata masih dibawah upah minimum regional. Menyedihkan jika serorang yang memiliki kemampuan dibidang IT hanya dipandang sebagai pekerja. Namun itulah kenyataannya, tak jarang para ahli di bidang IT hanya menjadi pekerja pelengkap di kantor instansi pemerintah dan swasta.
Mengapa? Hal ini disebabkan karena membajirnya tenaga ahli yang memiliki keterampilan dibidang IT (meski tak sepenuhnya terampil), dan caruk maruknya istilah standarisasi serta klasifikasi keahlian IT itu sendiri. Anggapan bahwa keahlian IT itu hanyalah keterampilan kerja dan buka keahlian profesi juga menjadi salah satu penyebab. Serta timbulnya persaingan tidak sehat diantara sesama pekerja IT, menyebabkan harga seorang profesional IT semakin rendah.
Padahal tahun demi tahun kebutuhan seluruh sektor pekerjaan akan bidang IT semakin meningkat, dan kini hampir seluruh sektor pekerjaan berkaitan dengan IT secara langsung maupun tidak langsung. Boleh dikatakan IT kini telah menjadi bagian terpenting dari sebuah institusi. Tapi lagi-lagi mengapa, upah minimum yang diterima seorang tenaga pelaksana IT masih sangat minimum jika dibandingkan dengan betapa pentingnya IT itu sendiri bagi sebuah institusi.
IT mempercepat segala jenis transaksi dan informasi, IT mempermudah dan mempersingkat waktu dalam pengerjaan suatu tugas, IT menghemat dan memberikan keuntungan tersendiri, IT mengotomatisasi semua pekerjaan dengan cermat dan cepat. Mungkin kata-kata otomatisasi tersebut yang membuat seolah-olah seorang tenaga kerja IT tidak melakukan apa-apa yang sulit. Toh, semua hal telah di otomatisasi, dan seorang tenaga kerja IT hanya mengoperasikannya saja tanpa melakukan apapun yang sulit.
Dari situlah akhirnya tercipta simbiose pemikiran yang semakin terpola. Bahwa IT itu adalah MURAH termasuk juga tenaga kerjanya. Ironis sekali jika membayangkan seorang tenaga kerja IT tak jarang harus bekerja siang dan malam melebihi jam kerja tenaga kerja bidang lain.
Mungkin inilah saatnya kita mulai berbenah dan mengklarifikasi bahwa keterampilan di bidang IT bukanlah keterampilan kerja biasa, melainkan sebuah keterampilah profesi. Dan pengklasifikasian serta diversifikasinya pun dapat menjadi lebih jelas… sebagaimana kita melihat, misalnya dibidang kesehatan terlihat jelas klasifikasi dokter, perawat, apoteker dst. Didalam bidang IT pun, seharusnya kita membedakan diri dengan jelas antara operator, administrator, teknisi, webmaster, programmer, dst.
Mengapa? hal ini sangat berkaitan erat dengan bagaimana kita dapat mengangkat NILAI seorang profesional IT, sebagai sebuah profesi keterampilan khusus. Ingat tidak semua orang bisa melakukan apa yang kita bisa lakukan sebagai seorang profesional IT. Dan ingat bahwa mereka (pengguna tenaga kerja IT) yang membutuhkan kita sebagai seorang profesional IT. Sudah saatnya para pekerja profesi dibidang IT pun dihargai selayaknya sebagai sebuah profesi khusus dan mendapatkan penghasilan yang sepantasnya.
No comments:
Post a Comment
assalamualaikum wr.wb